Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa akan Datang

Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa akan Datang

 

BAB I
A. Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa akan Datang
Agama islam dapat membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia di atas bumi, bila diinternalisasikan ke dalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten dan terarah pada tujuan.
Oleh karena itu pendidikan islam memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori teruji dan praksisasi di lapangan operasional. Bila pendidikan islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan alamiah maka ia akan berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang bernafas islam yanglebih efektif dan efisien.
Namun akhir-akhir ini akibat perubahan sosial diberbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta nilai-nilainya ikut mengalami pergeseran yang belum mapan. Sehingga islam harus mengubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan takti islam tersebut harus lebih efektif dan efisien artinya pedagogis, sosiologis dan kultural. Hal ini mengacu pada pada potensi islam yang keduanya fenomena berkembang yaitu:

a. Potensi psikologis dan pedagogis
b. Potensi potensi menusia sebagai kholifah
Pandangan modern dari seorang ilmuan muslim DR.Muhammad S.A Ibrahimy (Bangladesh) mengungkapkan bahwa jangkaun pendidikan islam sangatlah luas. Nafas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitale yang menggerakkan prilaku diperkokohkan dengan ilmu pengetahuan yang luas sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu islam lebih bersikap lentur terhadap perkembangan kebutuhan umat manusia dari waktu ke waktu. Hal ini karena pendidikan islam juga membina dan mengembangkan pendidikan agama, di mana titikberatnya terletak pada internalisasi nilai iman, islam dan ihsan dalam pribadi muslim yang berilmu pengetahuan luas.
1. Sistem Pendekatan dan Orientasi
Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.(QS.Al-Israa’:81)
Pendekatan pendidikan islam memandang bahwa bahwa kebenaran islam yang mutlak pasti mampu mengalahkan kebatilan yang merajalela diluar kehidupan islam berdasarkan dalil di atas.namun kebenaran mutlak sebenarnya mampu berkembang sepenuhya di masyarakat bila parapenganutnya berusaha keras dan tepat sasaran melalui sistem dan metode yang efektif dan efisien.
Efektifitas dan efisien islam menuntut kita untuk menerapkan berbegai rekayasa dan rekadaya yang didasari oleh ilmu pengetahuan teoritis dan praktis sesuai dengan sasaran yang digarap. Karena pendidikan islam masa kini dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran islam. Hal ini diakibatkan oleh permintaan yang bertambah (rising demand) manusia semakin kompleks pula, kejiwaannya semakin tidak mudah di beri nafas agama.

Orientasi pedidikan islam dalam zaman teknologi masa depan perlu diubah pula baik mengenai sistem dan metode. Nafas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitale yang menggerakkan prilaku diperkokohkan dengan ilmu pengetahuan yang luas sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi. Justru pendidikan islam membawakan prinsip dan nilai-nilai absolutisme yang bersifat mengarahkan tren perubahan sosiokultural.
Jika kita melihat kelembagaan pendidikan islam merupakan subsitem dari sistem masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap pada kebutuhan perkembangan masyarakat. Hal ini untuk menghindari timbulnya kesenjangan sosiokultural. Dan untuk mengetahui adanya antara lembaga pendidikan dan masyarakat yang berkenaan dengan kebutuhan yang meningkat ialah dengan melakukan assement.
Tofler menyatakan bahwa kelemahan fungsi lembaga sebagai subsistem masyarakat, padahakekatnya tidak terlepas dari mekanisme sistem sosiokultural yang saat ini sedang bersamaan dengan pengaruhnya sains dan teknologi itu sendiri. Di samping itu, pergeseran idealitas masyarakat yang menuju ke arah pola fikir rasional-teknologis yang cendrung melepaskan diri dari tradisionalisme kultural-educatif makin membengkak. Sehingga fungsi lembaga mau tidak mau harus lebih bersifat laten terhadap terhadap kecendrungan sosial tersebut. Karena lembaga telah dibebani over demanded yang dianggap sekedar sebagai public and sosial servant yang harus tunduk kepada kebhinikaan kepentingan yang berubah-ubah.
Pada era masa kini dan yang akan datang, pandangan terhadap penghargaan nilai kemanusiaan semakin concerned dari para perencana pembaruan, menghindari meluasnya dominasi robot-robot teknologi yang berkelamjutan tidak menentu.
2. Pengaruh Sains dan Teknologi Canggih

Sebagaimana kita ketahui bahw dampak a positif dari kemajuan teknologi sampai kini adalah bersifat fasilitatif. Sedangkan dampak negatif dari teknoogi telah menampakkan diri. Pada prinsipnya berkekuatan melemahkan mental spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya. Namun proses menginternalisasikan dan mentransformasikan nilai-nilai iman dan takwa kedalam lubuk hati manusia sampai kini masih belumterdapat teknologi transformasi nilai-nilai spiritual.
Di arena, pembenturan antar-nilai sekuler dan nilai absolutisme tuhan akibat rentanya pola fikir manusia teknologis yang pragmatis relativistis inilah pendidikan islam harus hidup mengacu kemampuan canggihnya. Tuntutan masyarakat masa kini dan masa akan datang digambarkan oleh Skinner, seorang ilmuan yang teknologis-behavioris. “Pendidikan kita saat ini hanya dijadikan dari teknologi ilmiah yang paling penting, yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.” (Skinner,1967,p.17). padahal pendidikan harus dijadikan pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan umat manusia dalam masyarakat.
Menurut beberapa ilmuan antara lain Roger A. Kaufman, untuk menganalisis kesenjangan antara hasil yang ada dengan hasil yang seharusnya ada, yang disebut discrepancy analisys atau need assement perlu memasukkan tiga pemeran pendidikan, yaitu siswa, orang tua, atau angota masyarakat dan para pendidik (guru) sebagai pelaksana proses pendidikan.

Dalam sejarah perkembangan islam pada periode awal pendidikan yang diajarka oleh nabi Muhammad saw. Kebutuhan pendidikan yang diprioritaskan pada penanaman dan penumbuhan akidah dan tauhid. Jadi,tampak bahwa pendekatan sistematik islami dari nabi pada proses awalnya berdasarkan hikmah dan mukjizat dengan metode targib dan tarhib yang didramatisasikan melalui uswatunhasanah, pada akhirnya baru penerapan sanksi-sanksi. Dari segi manajement pendidikan , suatu perencanaan untuk pendidikan masa depan harus meliputi tiga ciri pokok masyarakat, menurut Herold G. Shane (1973) salah seorang futuris yang optimis yaitu:

a) Masa depan sosio
Yang mengandung fenomena prinsipal, antara lain penyebaran alternatif rumah tangga yang relatif lamban, pandangan posisi keibuan dan lain-lain.
b) Masa depan tecno
Secara singkat disimpulkan bahwa masyarakat masa depan akan dilanda energi fisika yang tinggi, inovasi dan inplikasinya yang cendrung lebih besar terhadap energi sinar laser.
c) Masa depan bio
Secara prinsipal ditandai dengan makin menghangatnya diskusi tentang pemakaian teknik modivikasi behavioral seperti manipulasi genetika.

Namun tampak pada kita bahwa masa depan kehidupan manusia tetap mengandalkan lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal sebagai pusat-pusat pengendalian pengembangan kecendrungan manusia menuju ke arah optimisme. Karena itu pendidikan masih bisa dipandang bagi pengembangan peradaban umat manusia jauh di masa depan di lihat dari berbagai alasan.
B. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokok.dalam sumber-sumber pokok tersebut terdapat bahan-bahan fundemantal yang mengandung unsur kependidikan atau implikasi-implikasi kependidikan yang masih berserakan. Untuk itu dibentuk suatu ilmu pendidika islam , bahan tersebut perlu disistematiskan dan diteoritiskan sesuai dengan kaidah yang terdapat dalam dunia pendidikan.
Ilmu pengetahuan pendidikan islam pada khususnya tersusun dari konsep dan teori yang disistematisasikan menjadi suatu kebulatan yang terdiri dari komponen-komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pendidikan islam merupakan sekumpulan ide dan konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan pengetahuan. Dengan kata lain , ilmu pendidikan islam harus bertumpu pada gagasanyang dialogis dengan pengalaman empiris yang terdiri atas fakta dan informasi untukdiolah menjadi teori yang valid yang menjadi tempat berpijaknya suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Terdapat tiga komponen dasar yang harus di bahas dalam komponen pendidikan, antara lain:
1. Tujuan pendidikan islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi seluruh umat islam sehingga bersifat universal. Sebagai esensinya tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan Al-Qur’an itu tidaklain adalah penyerahan diri sepenuhnya terhadap tuhan YME.

2. Metode pendidikan islamyang kita ciptakan harus berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan islam. Komprehensivitas dari pada tujuan pendidikan harus paralel dengan keanekaragaman metode, mulai dari metode verbalistik-simbolisme sampai pada interaksi langsung dalam suasana belajar mengajar.

3. Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan dalam proses akan mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau ide. Oleh karena itu pendidikan islam harus mengarah pada pengembagan kualitas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Dalam content (kurikulum) pendidikan islam harus mencerminkan jenis-jenis sains yang dibutuhkan oleh manusia muslim untuk menunjang tugas sebagai mandataris tuhan di muka bumi. Berdasarkan pemikiran di atas maka pendidikan islam sebagai disiplin ilmu telah memiliki modal dasar yang potensial untuk dikembangkan sehingga mampu berperan di jantung masyarakat dinamis masa kini dan mendatang. Dalam kajian ilmu yang ilmuah harus bertumpu pada adanya teori-teori. Oleh karena itu teori pendidikan islam harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Teori harus menetapkan adanya hubungan fakta dan yang ada.
b. Teori harus mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari konsep-konsep.
c. Teori harus mengihktisarkan sebagai fakta.
d. Teori harus bisa meramalkan sebuah fakta serta kejadian-kejadian.
Adapun corak teoritis dariilmu pendidikan itu hendak disusun secara sistematis yang well-organized, yang mampu memberi diskripsi tentang adanya fakta dari pengalaman operasional dalam bentuk pengertian sederhana mungkin.(Gilbert Sax,1968,p.15-16)
KESIMPULAN
Strategi dan takti islam harus lebih efektif dan efisien artinya pedagogis, sosiologis dan kultural. Oleh karenaitu nafas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitale yang menggerakkan prilaku diperkokohkan dengan ilmu pengetahuan yang luas sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi.dan dalam pendidikan islam tidak akan lepas dari prinsip islam yang bersumber dasarpokok pada AL-Qur’an. Perencanaan untuk pendidikan masa depan harus meliputi tiga ciri pokok masyarakat, menurut Herold G. Shane (1973) salah seorang futuris yang optimis yaitu:
a. Masa depan sosio
b. Masa depan tecno
c. Masa depan bio

DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bumi Aksara

0 komentar :

Posting Komentar

Copyright @ 2013 KKG PAI SIDOARJO .

KKG PAI SD KABUPATEN SIDOARJO